"Dari Sampah Berubah
Jadi Rempah Rumah Karya"
Barangkali ini bisa menjadi idiom baru bahwa SAMPAH bisa dibentuk jadi RUMAH. Cerita ini berawal ketika pak Paulus Mintarga akan membuat gudang baru, sebab gudang yang lama masa kontraknya habis dan tempatnya kurang luas, hingga tidak mencukupi untuk menampung bermacam sisa bangunan yang menjadi salah satu lahan bisnisnya. Karena beliau sudah mempunyai lokasi untuk membangun gudang sendiri, maka ia ingin membangunnya, tidak perlu kontrak lagi. Namun melihat material bekas di gudangnya sangat banyak, timbul ide untuk memanfaatkan semua barang yang sudah masuk kategori rongsokan atau sampah itu menjadi bermanfaat.
Banyak batang baja dengan berbagai dimensi panjang dimanfaatkan untuk rangka utama sebuah bangunan tanpa harus mengubahnya, tanpa harus memotongnya. Artinya material yang ada membentuk dalam sentuhan kreatifitas yang harmoni. Potongan-potongan kayu ia tempelkan apa adanya hingga membentuk dinding yang artistik. Sementara lantai di bagian atas ia gelar ANYAMAN BAMBU dan styrofoam atau polystyrene dengan finishing plester semen, sebuah langkah berani namun dengan perhitungan cermat, perbedaan karakter itu bisa menyatu dengan kokoh bahkan kuat menampung beban 10 sak semen.
Filosofi Rempah
Rempah sendiri adalah komoditas utama bangsa Indonesia di masa lalu, hingga mampu menarik negara-negara barat untuk mengeksplorasi hasil bumi ini atas nama kolonialisme-imperialisme. Rempah-rempah kita semua pasti sudah mengenal dan merasakannya, sebab ia adalah bagian dari bumbu masakan yang mampu memberi cita rasa khas, unik dan menarik.
Seperti rempah, REMPAH Rumah Karya ini ingin memberikan konvergensi budaya yang akan melenturkan daya sentrifugal kesenian, sehingga tidak lagi terlalu mementingkan DAERAHISME, SUKUISME dan PARTIKULARISME yang berlebihan, Dengan adanya REMPAH Rumah Karya ini para seniman yang berakar pada sub-kultur perlu mencari peluang bagi sikap keluwesan penikmat seni negeri kita yang HETEROGEN dan terbagi-bagi dalam STRATIFIKASI sosial yang beragam.